Skip to main content

SINOPSIS 10 BUKU FITRAH ILHAMI


GARA-GARA GELAS






Berhemat.

Kata inilah yang diucapkan istri padaku secara rutin di awal pernikahan. Udah macam mantra saja.

Ketika aku ingin beli makan di warung, istri menggeleng cepat.

“Kita harus berhemat, Abang.”



Aku mau beli roti, istri menggeleng, “Ingat, ber-he-mat!” Giliran aku bilang mau beli jus alpukat untuknya, perempuan itu menyatuhi sambil senyum-senyum gak jelas,

“Baiklah, Bang. Kita gak perlu nyiksa diri dengan berhemat. Yang penting nikmati hidup ini apa adanya.”

Bah!

* * *

Selamat datang di dunia 3G (Gara-Gara Gelas). Buku ini merupakan catatan kocak pengantin muda yang masih berjuang membangun rumah makan, eh, rumah tangga. Mulai dari awal saling kenal di dunia maya, berusaha berhemat setelah hidup bersama, sampai untuk mendapatkan gelas pun harus dengan perjuangan.

Membaca setiap kisah di dalam buku ini, dijamin Anda akan tersenyum geli, bahkan terbahak-bahak. Dan mungkin Anda akan memahami bahwa berbagai masalah di dalam rumah tangga akan berubah menjadi cinta bila disikapi dengan pikiran tenang disertai transferan.

Buku ini cocok dibaca para jomblofillah yang sudah memproklamasikan kesiapan untuk merdeka dari kesendirian. Juga sangat pas dibaca oleh pengantin yang baru nikah 25 tahun lalu.

Kemarin ada yang pesan buku 3G untuk kado pernikahan sahabat.

Oh iya, buku ini juga cocok buat alas mouse komputer.

Buku multifungsi memang.


*    *    *




Curhat Orang Cungkring 2




Alhamdulillah, telah terbit!

 Di sela-sela jaga istri lahiran, lalu ikut merawat (kalau tidak dibilang; merepoti istri) sampai ikut nemenin (nemenin aja) istri begadang ngurus si kecil yang rewel sampai subuh, akhirnya muncul karya ini.

Saat si kecil bobo pagi, aku harus nulis, edit-edit, dan ah, kelar juga.

Buku ini jawaban atas permintaan para pembaca yang ingin buku komedi Curhat Orang Cungkring ada lanjutannya. Maka tak pakai bingung kuberilah judul buku ini “Curhat Orang Cungkring 2”.

“Kenapa harus judul itu?” istri tanya.

“Kan, aku udah bilang aku gak mau bingung cari judul lagi. Udah cukup bingungnya lihat Neng mau jambakin aku aja.”

* * *

Jika ingin mencari rumus-rumus matematika, kimia, atau fisika, berarti Anda salah membaca buku ini.

Kalau ingin tahu resep-resep makanan, Anda pun salah membuka buku ini.

Namun, bila Anda ingin mengusir kegalauan, stres, pingin tertawa sampai gigi palsu lepas, perut mulas, hingga orang lain mengira Anda kurang waras, maka saat ini Anda memegang buku yang sangat pas.

Curhat Orang Cungkring 2, sebuah buku komedi unyu-unyu yang membacanya bisa membuat Anda lebih rileks karena seharian bekerja atau mengurus bocah. Menjadikan Anda paham bahwa hidup ini harus dinikmati bukan diratapi. Disyukuri bukan disesali. Dan di... Lama-lama capek nulis di di di...

Baca aja buku ini. InsyaAllah Anda bakal terhibur.

* * *

“Anakku suka banget baca buku Curhat Orang Cungkring yang pertama. Dia selalu baca sepulang sekolah. Sampai hafal semua isinya.”
(Mbak Ririe Granita, Jakarta. Sahabat FB penulis)

“Membaca buku Fitrah Ilhami ini buat capek. Capek ketawa. Kok ada gitu ya orang tersiksa banget sama ulah adik-adiknya. Bahasanya yabg gaul membuat gak bisa berhenti baca sebelum tamat.”
(Mbak Hanim Farida, Balikpapan. Juga teman FB penulis)

“Cak, minta duitnya, Cak.”
(Risa, Gua Hantu. Adik kandung penulis)

*    *    *




Curhat Orang Cungkring



Alhamdulillah... Telah terbit!

Buku humor kedua Judulnya “Curhat Orang Cungkring (COC)” berisi tulisan ngenes tapi bisa bikin ketawa sampai perut mules.

Buku ini tercipta atas respon pembaca buku NOB yang minta aku untuk menulis dan menerbitkan buku humor lagi. Entah mungkin mereka puas dengan isinya atau karena kasihan lihat aku suka nyampurin sampo pakai air di botol terus dikocok buat keramas.

* * *

Kata orang tua dulu, “Jangan pernah ambil keputusan ketika perut lapar, sebab orang yang lapar suka ngawur.”

Nah, bagaimana ceritanya kalau orang yang sering lapar tapi tidak punya apa pun untuk dimakan hingga badannya menjadi cungkring menulis curahan hatinya?

Anda bisa menemukan jawabannya di buku “Curhat Orang Cungkring”.

Buku ini sangat gurih, asal dijemur dulu terus ditaburin garam. Penuh komedi dan sangat pas untuk mengusir sedih, gelisah, galau serta merana. Buku ini juga cocok buat mengusir nyamuk, caranya tinggal kibas-kibasin saja bukunya ke nyamuk-nyamuk nakal. Mudah, bukan?

Oh, iya. Jika setelah baca buku ini Anda menjadi gatal-gatal segera hubungi dokter, sebab bisa jadi Anda panuan.

* * *

“Ini buku keren abis. Gokil. Lucu banget. Bisa ngilangin stres gara-gara tugas kuliah dan cucian yang menumpuk. Gak rugi deh pokoknya beli dan baca buku ini.”

(Komentar dari Ila, adik kandung penulis yang sebelumnya sudah dikasih uang.)

“Penulis buku ini emang humoris, pantas saja bukunya lucu seperti ini. Membaca curhatan konyolnya membuat aku makin cinta. Pasti buku ini akan bestseller, kalau banyak yang beli.”

(Ummu Faraz, istri penulis, yang akhirnya mau memberi komentar setelah dijanjikan akan dibeliin baju gamis dan daster baru.)

COC bisa dipesan sekarang.

* * *

Spesifikasi buku:

Ukuran buku: 14,5 x 20 cm

Tebal: 134 hlm

Jenis kertas: Mudah terbakar dan bisa dirobek.

Penulis: Aku

Editor: Ummu Faraz/ Milie Holmez/ istriku yang nomor satu (Maksudnya satu-satunya, gak ada rencana ada yang nomor dua)

* * *

NB:

Aku berdoa dengan tulus dan ikhlas serta tawadhu’ semoga tidak dapat inbox kayak gini lagi, “Mbak Fitrah aku pesen bukunya ya?” Aamiin.

*   *   *



KETIKA DERITAKU JADI BAHAGIAMU






Alhamdulillah… buku ke EMAN, eh, ENAM.

Aku tak bisa berucap apa pun ketika buku ini telah masuk proses cetak. Seperti mimpi.

Aku masih ingat saat itu seorang teman menginbox-ku,

“Fit, aku lihat tulisan kamu bagus.”

Aku jawab, “Tulisan di mana?”

“Di fblah. Tulisan yang sering kamu posting di fb, itu bagus waktu aku baca.”

Aku mengetik lagi, “Oh, di fb, wajar bagus. Orang tulisan itu pakai font calibri. Coba kalau pakai tulisan tanganku. Udah saingan aja sama cakar ayam.”

“Bukan font-nya, Fitraaah!!! Tapi ceritanya. Cungkring!!! Jangan buat emosi, ya.”

Lah, tadi bilang tulisan, sekarang bilang cerita.

“Cerita di postinganmu bagus loh, Fit. Kadang sedih, lebih sering mbanyol. Lucu. Mau gak kamu masuk grup kepenulisan di fb? Komunitas Bisa Menulis (KBM). Itu grup kepenulisan yang diasuh sama Pak Isa Alamsyah, suami Asma Nadia. Kalau kamu mau, nanti aku masukin ke grupnya.”

Tanpa pikir panjang, aku iyakan tawaran tersebut. “Oke. Mau.”

Saat itulah petualangan kepenulisanku dimulai… (jeng… jeng… jeng…*backsoud lagu metal mengalun di belakang. Lagu “Judi” karya Haji Rhoma)

Aku cukup aktif di KBM. Setiap habis nulis, aku posting di grup tersebut. Tiap hari nulis cerpen, rangkuman ceramah, rangkuman transkip nilai skripsi.

Macam-macam sambutan muncul di kolom komentar. Mulai dari yang mengapresiasi, memberi saran, mengkritik habis-habisan, sampai ada yang bilang aku tak pantas kerja di darat. Pantasnya kerja di air jadi tukang kuras wc, setelah aku mosting tulisan seperti ini di grup:

“BUANG AIR KECIL 2000 RUPIAH. BUANG AIR BESAR 3000 RUPIAH.”

Maklum, waktu itu aku kehabisan ide tulisan dan lagi kebelet.

Nah, dari sekian banyak akun yang mengomentari tulisan-tulisanku, ada satu akun yang selalu hadir dan mengapresiasi. Akun itu bernama Milie Holmez. Begini komentar-komentarnya.

“Kamu berbakat jadi penulis humor.”

> Padahal aku bakat jadi anggota ojek becak motor.

“Kalau kamu nerbitin buku, aku mau beli bukumu. Kayaknya bakal bisa nyaingi Raditya Dika, deh.”

> Padahal aku masih baru belajar nulis. Dibandingin dengan Bang Radit, aku lebih pantas mirip orang lagi sembelit.

“Kamu ganteng banget.”

> Khusus kalimat yang ini, ternyata aku lagi mimpi.

Akhirnya aku penasaran dengan si akun cewek satu ini. Aku klik profilnya, lalu nampaklah fotonya. Setelah dilihat dengan cermat, aku langsung bilang, “Cakep, euy.”

Siapin rencana modus.

Singkat cerita, aku beranikan diri menginbox-nya. Singkat cerita, aku tanya apa dia punya calon suami? Ternyata belum. Singkat cerita, aku datang ke rumahnya di Indramayu, Jawa Barat, bertemu orang tuanya. Dan kami menikah pada Juni 2014.

Maaf, sengaja proses pernikahan kami aku singkat-singkat karena sudah aku tulis di buku ketiga yang berjudul “Gara-Gara Gelas”. Capek jari kalau harus nulis lagi. :)

Sampai mana ini? Oh, iya. Setelah menikah, aku sempat vakum menulis karena aku sibuk, sikit-sikit bubuk. Eh, maksudku aku beneran sibuk kerja.

Hingga pada suatu ketika istri berucap,

“Bang, nulis lagi dong. Sayang loh, dulu suka nulis sekarang berhenti.”

Karena tak ingin mengecewakan istri, dan beresiko gak dapat jatah… jatah makan, maka aku iyakan. Aku nulis lagi, lalu mengumpulkan tulisan tersebut dan jadilah buku pertama, “Nasib Orang Baik.” Buku komedi yang kuterbitkan self publish, pakai uang sendiri, jual sendiri. Alhamdulillah, banyak yang beli dan suka. Kalau gak salah udah 10 kali cetak ulang. Cukup membanggakan untuk buku kelas self publish.

Setelah itu ide mengalir lancar, dan aku terus keranjingan nulis. Tak lama berselang, terbitlah buku “Curhat Orang Cungkring”, “Gara-Gara Gelas”, “Curhat Orang Cungkring 2”, dan “Tentang Cinta Tentang Keluarga”.

Romadhon lalu, ada salah satu pembaca bilang kalau anaknya suka banget baca buku-bukuku. Lalu menantangku untuk menerbitkan satu buku lagi selama romadhon.

Wow!

Sebulan satu buku? Ini pengalaman pertama, biasanya satu buku aku selesaikan 3-6 bulan. Tapi oke. Siapa takut.

Akhirnya aku ‘kemalaikatan’ nulis (iya bukan kesetanan, karena selama bulan romadhon setan dibelenggu). Kalau biasanya abis subuh aku tidur lagi, sekarang aku gak tidur, tapi nonton tivi sampai ketiduran. Eh, ndak, maksudku aku terus terjaga untuk nulis sampai matahari menyingsing. Sehabis terawih aku nulis lagi. Dan di akhir romadhon lahirlah karya ke enam ini, yang kuberi judul:

“KETIKA DERITAKU JADI BAHAGIAMU”

Aku sujud syukur. Setelah itu saking senangnya aku guling-guling di kasur.

Mengapa aku menulis dan memberi judul seperti itu pada buku ini?

Karena, disadari atau tidak, kita ini sering bahagia lihat orang lain menderita. Mau bukti? Waktu lihat ada teman terpeleset, terus jatuh bergelimpangan di lantai, rambut berantakan, lidah melet-melet, mulut komat-kamit kesakitan. Apa yang pertama kali kita lakukan? Menolong? Gak percaya. Pasti diketawain dulu. Ngaku!

Nah, demi kebahagiaan Andalah akhirnya aku menulis buku ini… “Ketika Deritaku Jadi Bahagiamu”. Sekelumit perjalanan hidup yang menurutku susah, tapi dijamin bisa membuatmu bahagia.

Baca buku ini, dan selamat bersenang-senang di atas penderitaanku.

* * *

Testimoni pembaca:

“Ini bukan promo, karena Fitrah Ilhami tidak membayar saya. Tapi membaca bukunya memang bisa menghilangkan jenuh yang melanda di tengah banyaknya persoalan. Gak percaya? Beli dan bacalah!”

(Abi Zaky, Payakumbuh)

“Buku-bukunya Mas Fitrah sudah habis kubaca dalam dua hari, dan akhirnya anak-anak saya gak bisa dicegah buat baca juga. Semuanya ngikik terus pas baca. Saya suruh baca satu buku aja, tapi mereka merengek terus, minta baca buku Mas Fitrah yang lain. Ayo cepetan mas Fitrah nulis yang banyak lagi, ya. Ditunggu!”

(Rany Apriliani, Surabaya)

“Fitrah, bukumu aku anggap segelas es dawet ayu pelepas dahaga. Langsung habis. Bahkan pingin nambah again. Keep writing brota! No worry jari-jemari jadi keriting coz Sang Pembuat Segala mencukupkan rambut aja bisa dikeriting maupun direbonding.”

(Mamiek Puji, Serang, Banten.)

*   *   *



GOLDEN SCENES





Setiap orang pasti punya episode paling berkesan di kehidupannya. Mulai dari pengalaman sedih, seperti waktu jalan tiba-tiba kecemplung comberan. Atau pengalaman bahagia, misal waktu kecemplung comberan tiba-tiba ada yang mau nolongin. Menuliskan kejadian-kejadian itu, akan membuat kenangan tetap abadi.

Maka karena itulah buku ini dibuat...

Di sela-sela kesibukan menemani anak ngitungin cicak-cicak di dinding yang diam-diam merayap, kemudian datang seekor nyamuk, tapi tak ditangkap sama si cicak karena keburu aku tepok nyamuknya pakai raket listik, akhirnya buku ini terbit juga. Alhamdulillah.

Golden Scenes, buku ke-7 karya Fitrah Ilhami berisi kisah sehari-hari yang penulis anggap sebagai episode hidup paling menarik yang pernah dialami bersama orang-orang terdekat. Ditulis dengan gaya komedi dan penuh hikmah. Membacanya, membuat kita sadar bahwa menciptakan momen berharga dengan orang-orang terkasih sangat perlu adanya.

Buku Golden Scenes sangat pas dibawa di kampus, untuk alas kertas ujian. Cocok dibaca oleh remaja atau yang sudah menikah. Bahkan ada seorang pembaca yang mengirim pesan via WA,

“Mas, makasih banyak, ya sudah nulis buku Golden Scenes. Akhirnya aku gak perlu capek-capek ngambek ke suami kalau lagi pingin dibeliin sesuatu. Cuma tinggal sodorin buku Mas Fitrah ke dia, dan bilang, ‘Baca buku ini, Pa.’ Terus dia baca bagian buku yang berisi ‘Kalau suami ingin rezeki lancar, maka bahagiakan istri, turuti semua inginnya’, setelah itu dia akan tanya, ‘Ya udah, Mama pingin dibeliin apa?’ Hehehe. Sip toh, Mas Fit.”

e. Alhamdulillah.

* * *

GOLDEN SCENES

Scene 1: Bila ada ibadah terlama, maka itulah pernikahan

Scene 2: Survei membuktikan, 7 dari 10 laki-laki mengaku istrinya cerewet. Sisanya bilang, “Bawel.”

Scene 3: Menjadi seorang suami, artinya kau harus sedia obat sakit kepala ketika istrimu berkata, “Terserah.”

Scene 4: Hukum alam: Istri tak pernah salah. Bila ternyata istri melakukan kesalahan, pasti suami penyebabnya.

Scene 5: Siapa bilang ngadepin soal matematika itu sulit? Lebih sulit ngadepin istri yang lagi haid ngambek. Apalagi pas akhir bulan.

Scene 6: Sepandai-pandainya suami mencari uang, akhirnya jatuh ke tangan istri jua.

Scene 7: Bila seorang suami ingin rezekinya deras mengalir, maka bahagiakan istrinya, turuti inginnya.

* * *

Testimoni Pembaca:

“Assalamualaikum, Mas Fitrah. Alhamdulillah bukunya sudah saya baca. Ngakak so hard bacanya. Mesem-mesem gak jelas.”

(Mbak Evi Afrianti- Tangerang)

“Mas Fitrah, buku Golden Scenes udah diterima, ya. Sedang dibaca bersama buku-buku lain di sela ngurus krucils. Buku ini jadi penyemangat dan obat di kala stres melanda. Aseeek!”

(Mbak Martha – Balikpapan)

“Bukunya udah sampai. Sangat suka. Selalu suka. Langsung dibaca. Dan selalu ngakak sampai ngeces-ngeces.”

(Mbak Zuli – Tulungagung)

* * *

Salam. Moga Allah lancarkan rezeki untuk kita semua. :)

*   *   *





TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA




Alhamdulillah sudah cetak. Buku Tentang Cinta Tentang Keluarga edisi revisi. InsyaAllah lebih bagus dan manis, sesuai covernya. :)

Buku ini ... Mungkin bisa dikatakan sisi lain dari diriku. Sebenarnya aku ini melankolis orangnya.

Dulu pernah aku diajari Bapak matematika. Karena sulit banget nangkap pelajaran, Bapak ngamuk. Tanganku gemeteran, terus aku nangis.

Itu bukti aku melankolis. #gak_usah_protes.

Duh, pinginnya buat testimoni sedih kok malah gini. Kebiasaan.

Intinya, aku menulis buku ini karena tertantang untuk keluar dari zona nyaman: nulis humor. Dan coba menulis yang bisa menyentuh hati.

Dari sini lah aku berusaha menangkap ide dari manapun. Aku lihat teman yang punya anak kembar, namun salah satunya dititipkan ke eyang di desa karena keterbatasan ekonomi, aku tulis jadi cerpen. Aku lihat murid kena bullying, jadi karya. Mendengar kisah sahabat yang susah dapat jodoh karena suatu mitos di daerahnya, aku tulis. Atau kisah seorang kakak yatim piatu yang berjuang untuk adik-adiknya. Semua kumasukkan di buku ini.

Lalu setelah terkumpul, aku bingung mau kasih judul apa buku ini? Dan setelah dengkul alias lututku sembuh dari jatuh, aku tiba-tiba bisa mikir.

“Loh, kenapa seluruh cerita ini bermuara pada CINTA dan KELUARGA ya?”

Jadilah, aku kasih judul “Tentang Cinta Tentang Keluarga”

InsyaAllah, di dalamnya banyak hikmah bagi kita yang ingin mengenal Kesempurnaan Cinta (kayak lagunya anakannya Sule). Cocok dibaca para jomblo yang masih menanti jodoh, atau pasangan yang sudah 20 tahun bersama. :)

* * *

“Harta yang paling berharga adalah keluarga. Tentulah semua mengamini. Tentang Cinta Tentang Keluarga merupakan kumpulan kisah inspiratif yang memuat makna Cinta tak terbatas dalam keluarga dan lingkungan. Ada air mata dan canda tawa yang terekam dalam jejak aksara untaian Fitrah Ilhami. Begitu manis disesap, terkadang pilu menghentak nurani. Membacanya membuat kita lebih menghargai arti keluarga dan sebuah lingkaran cinta yang menyelimutinya.” (Rina Rinz, Cirebon. Penggagas Grup Kepenulisan LovRinz and Friend’s)

“Air mataku jatuh seusai membaca ending kisah pertama di bukumu ini, Fit. Terimakasih banyak telah berbagi kisah ini.” (Zulfikri Zakaria, Surabaya. Sahabat penulis)

“Aku suka buku-buku humormu. Tapi aku lebih suka membaca kisah-kisah di buku Tentang Cinta Tentang Keluarga.” (Heriaty Gustin, Semarang. Sahabat penulis)

“Cak, minta uangnya lagi, Cak!” (Risa, Gua Hantu. Adik penulis)

*   *   *


NASIB ORANG BAIK




Telah terbit! Buku komedi berjudul “Nasib Orang Baik (Catatan Gak Penting Pemuda Cungkring)”.

Siapa penulisnya?

Orang kurus yang tidak terkenal, tapi selalu merasa dirinya artis papan penggilesan. Makanya, penulis senang sekali jika ada pembeli yang minta tanda tangan di bukunya. Bila perlu seluruh halaman buku itu ditandatangani ia tak berkeberatan.

Buku ini tepat untuk Anda sekalian yang butuh penyegaran otak, tapi tidak punya banyak uang untuk bertamasya ke tempat-tempat hiburan. So, buruan pesan sebelum persatuan pedagang apotek dan pedagang obat warung mengetahui beredarnya buku ini. Jika tau buku ini di pasaran, kemungkinan besar mereka akan menyita buku NOB, lalu membakarnya karena dianggap akan mengurangi jumlah pelanggan obat sakit kepala yang terserang galau tingkat dewa.

Sekali lagi, meski buku ini berisi catatan gak penting, namun ternyata diperlukan juga dibaca di saat genting.

Buat yang lagi gelisah. La Tahzan. Jangan bersedih, berbahagialah bersama buku ini.

* * *

Ini komentar para pembaca tentang buku ‘Nasib Orang Baik’ (NOB):

“Tolong selamatkan aku dari buku ini! Mana aku tahu, kalau catatan-catatan gak penting dari pemuda cungkring ini menyebabkan perut mules, rahang dol, gigi kering dan mata cenat-cenut. Hasilnya belum ada satu cerita habis kubaca sudah kejang-kejang di lantai kamar.” (Rina Rinz - Owner LovRinz Publishing)

“Kak Fit, Anda ini buat buku atau buat obat magg? Aku sakit perut kebanyakan tertawa gara-gara buku NOB. Belum juga kelar 3 judul aku baca, sudah sakit seperti ini perutku. Belum lagi aku dibilang ‘hangat’ sama suami karena ngakak-ngakak gak jelas saat baca buku ini. Sepertinya penulisnya ini stress tingkat kecamatan.” (Ardini Qoyyimun - Penghafal Qur’an. Pengajar TK Islam. Fasilitator rumah-rumah Tahfidz Darul Qur’an cabang Surabaya)

“Laksana bunga-bunga beserta pot nya yang berjatuhan di kepala saya (mengutip dari buku karangan penulis siapa gitu yang kurang terkenal) , tiap baca baris per baris kalimat di buku ini pasti diakhiri dengan kikikan ato kakakan… Ini sudah menjadi indikator bahwa buku NOB layak dibaca oleh banyak kalangan. Apalagi bagi mereka yang sedang menggalau tak jelas. Eh, yang jelas juga boleh banget. Sukses ya NOB, semoga penulisnya jadi artis beneran, gak cuman ngaku-ngaku artis.” (Ustadzah Leny - Teman kerjanya penulis di SDIT Al-Uswah, Surabaya)

“Mas, buku NOB sangat asyik. Aku suka bacanya.” (Wahid – kalau yang ini ngaku-ngaku murid ngajinya penulis)

“Udah Ibu baca bukunya, sekarang sampai di bab ‘Dikejar Pocong’. Humornya kental banget. Dua jempol dah buat penulisnya.” (Ibu Kiki Hardhiansari – Guru Bahasa Indonesia-nya penulis waktu SMA dulu)

“Baru saja baca ending kata pengantar buku NOB, aku sudah ngakak-ngakak.” (Elisa D.S – Ibu dua anak, yang baru mau beli buku NOB, kalau bukunya itu diantar langsung sama penulis ke rumahnya. Tega banget bukan? Hehe. Pis)


*   *   *



CINTA YANG TERSAMBUNG HINGGA KE LANGIT





Alhamdulillah. Setelah malam-malam dihabiskan dengan begadang jangan begadang... Tet teroret... Kalau tiada artinya a a... Tet teroret... Begadang boleh saja a a a... Kalau ada istrinya... *eh.

Duh, jadi gak fokus dengerin lagunya Bang Haji Rhoma yang ter... Lam...bat...

Oke aku ulangi.

Alhamdulillah. Setelah malam-malam dihabiskan dengan begadang, mengedit satu per satu naskah dan menyusunnya sesuai tema, akhirnya jadilah buku ini. Buku karyaku yang ke-8.

Dan sengaja untuk buku yang satu ini, aku memfokuskan pada satu tema; Cinta.

*ceileeeh.

Betapa luar biasa satu kata ini. Apa pun yang disentuh oleh cinta, pasti akan indah.

Seperti ketika ada seorang mahasiswa tingkat akhir yang buru-buru masuk kelas karena telat. Di saat ia berlari tiba-tiba ada seorang mahasiswi membawa setumpuk buku tangihan cicilan panci, eh buku kuliah, melintas. Karena tak fokus, akhirnya si mahasiswa menabrak mahasiswi.

Gedubrak!

Buku-buku mahasiswi jatuh. Berserakan di lantai. Ia lalu jongkok, berniat memungut buku-buku itu.

Merasa bersalah, si cowok ikut jongkok manja, membantu mahasiswi mengambil buku.

Pada satu titik, mahasiswa dan mahasiswi ini saling pandang. Lalu entah mengapa, ada desir-desir halus pada dada masing-masing. Saat itulah tiba-tiba terdengar lagu dari kejauhan. Lagu romantis yang berjudul, "Gundul-Gundul Pacul."

Dan entah dari mana datangnya, puluhan mahasiswa, lengkap dengan ibu kantin, berkumpul melingkari dua pelajar itu, lantas menari dan bernyanyi lagu India, "Bolle curi, yaaa? Bolle gak nggenah. Apa pun jadiii. Jadi gak nggenah. Leca leca, sonia leca leca. Oh, leca leca, Ho hoho..."

Setelah nyanyi, para jelangkung itu --karena mereka datang tak dijemput, pulang diam-diam--- membubarkan diri. Meninggalkan kembali mahasiswa dan mahasiswi yang dari tadi gak kelar-kelar mungutin buku.

"Nama kamu siapa?" mahasiswa membuka percakapan.

"Sonia," jawab mahasiswi malu-malu. "Kalau namamu?"

"Bolle. Nama lengkapnya Bolle Curiya," mahasiswa tersenyum. "Bapak kamu jualan kerupuk, ya?"

Mahasiswi makin tersipu malu, "Kok tahu?"

"Alhamdulillah... Aku boleh pesan satu kotak? Buat lomba makan kerupuk di kampung. Kebetulan aku panitia tujuh belas Agustus-an."

Si cewek jadi melting, dalam hatinya bilang, "Hebat banget ini cowok. Baru jadi mahasiswa tingkat akhir, tapi udah bisa jadi panitia lomba makan kerupuk." "Ya udah, silakan ke rumah. Ambil kerupuknya."



"Nanti aku ambil kerupuknya bareng orang tuaku, boleh?" "Oh, kenapa pakai bawa orang tua?"

"Sekalian aku mau ngelamar kamu."

"Aih, cowok banget sih, kamu."

Seketika bunga-bunga beserta potnya berjatuhan di kepala mereka. Romantis banget. Dan tak disangka para mahasiswa lain dan ibu kantin tadi kembali kumpul, hendak menari dan menyanyi lagi. Tapi langsung diusir sama dosen, karena ganggu ujian di kelas.

Di akhir kisah, setelah mereka wisuda, mahasiswi dan mahasiswa itu menikah.

Ah, indahnya cinta.

Bahkan Allah menciptakan semua yang ada di alam semesta karena Ia cinta pada semua makhluk-Nya. Udara yang bisa kita hidup adalah tanda cinta-Nya. Air yang bisa kita minum adalah tanda cinta-Nya. Dan tanda cinta Allah yang paling indah bagi kita, adalah ketika Ia menghadirkan seorang manusia yang hatinya penuh dengan cinta. Laki-laki terpuji, yang sampai jasadnya tertimbun tanah 14 abad yang lalu, jalan cintanya masih saja menginspirasi semua orang.

Ya, dialah Nabi Muhammad terkasih.

Untuk itulah, di bab pertama buku ini, aku sengaja kisahkan betapa luar biasa kasih Nabi terhadap Khadijah, cinta pertama beliau. Saking cintanya beliau pada putri Khuwailid, sampai Aisyah memberi pengakuan,

“Meski sudah lima tahun menikah dengan beliau, bahkan menyatakan diri sebagai istri yang paling dicintai dan dihormati, nyatanya aku tak pernah bisa menggantikan posisi Khadijah di hatinya. Ada kalanya aku merasa beliau tidur dengan gelisah di sampingku. Kemudian aku mendengar beliau mengigau, berbisik memanggil nama Khadijah, seiring air matanya menetes dalam tidur ketika rasa sakit memikirkan persoalan umat dalam agama ini mulai menggerogoti alam bawah sadarnya. Tak peduli berapa lama aku menikah dengannya, tak peduli berapa putra yang mungkin kupersembahkan untuknya. Lelaki itu, Muhammad yang terkasih, takkan pernah benar-benar menjadi milikku sepenuhnya.”

Mengapa cinta Nabi begitu dalam terhadap Khadijah?

Jawabannya sederhana, "Karena cinta mereka tersambung hingga ke langit. Cinta mereka melekat lewat doa-doa dan tempaan hidup yang ikhlas dihadapi bersama."

Dan bab selanjutnya, kita akan membaca tentang kisah seorang nenek, yang tetap bertahan menemani suaminya yang sudah tak berdaya. Sampai akhir usia. Membaca kisah ini, semoga cinta kita terhadap pasangan menjadi lebih utuh dan lebih kuat.

Di bab setelah itu, sorry aku capek nulisnya. Baca sendiri aja.

Buku ini aku beri judul, "Cinta yang Tersambung hingga ke Langit". Berisi kertas 260 halaman. Dan aku sangat tidak menganjurkan pembaca mengunyah kertas itu sebelum lulus dari akademi Kuda Lumping Indonesia. Cocok dibaca oleh para jomblofillah, pengantin yang baru menikah enam bulan, dan pengantin yang baru saja menemani anak wisuda S-2.

*   *   *

CINTA DALAM SEBUNGKUS REMPEYEK







Alhamdulillah, akhirnya kelar juga proses pembuatan buku ke-9, man teman. Sembilan buku. Serasa mimpi.

Buku ini bertema tentang keluarga dengan segala pernak-perniknya. Senang maupun susah. Bahagia ataupun sedih. Tertawa juga marahnya. Karena memang seperti itulah rumah tangga. Ia adalah ibadah terlama. Membangunnya, dibutuhkan kedewasaan dalam memahami kemauan pasangan, kesetiaan, transferan, menekan segala rasa egois, berusaha mengerti sifat sang belahan jiwa, serta keterampilan melewati episode-episode hidup yang tidak mengenakkan bersama. Dan itu tidak mudah. Maka wajar hadiahnya surga. Jika gampang, mungkin hadiahnya cuma piring cantik.

Membaca buku ini, terselip harapan bagaimana kita semua, termasuk yang nulis, agar sekuat tenaga membahagiakan pasangan. Sebab setelah kita memutuskan berakad nikah dengannya, otomatis kita telah mempercayakan dirinya sebagai teman terbaik dalam hidup. Mewakafkan sisa usia untuk membersamainya. Orang yang bisa jadi benar-benar baru dalam kehidupan kita. Lalu tiba-tiba saja selalu bertemu, berkumpul, selamanya.

Aku susun tulisan ini untuk semua teman yang masih jomblo. Semoga Allah hadirkan jodoh terbaik buatmu. Untuk para emak, semoga selalu mensyukuri kehadiran ¡®sang bayi kumisan¡¯ dengan segala tingkahnya. Juga untuk para suami, agar senantiasa sabar menyayangi istri yang bawelnya gak ketulungan itu.

Buku ini aku beri judul, “Cinta dalam Sebungkus Rempeyek”. Berisi kisah-kisah sederhana, tapi insyaAllah isinya penuh hikmah, mirip restoran Masakan Padang Sederhana.

* * *

Sekilas tentang buku “Cinta dalam Sebungkus Rempeyek”.

Bagiku, menikah itu persis sebuah laboratorium. Tepatnya, laboratorium kehidupan. Suami dituntut menganalisa sifat dan kebiasaan istri. Entah itu kebiasaan baik atau kebiasaan istri yang bikin suami segera pergi ke apotek buat beli tiga bungkus puyer sakit kepala, saking pusingnya menghadapi kelakuannya.

Mau ndak mau, akhirnya suami harus mencari formula agar ia bisa benar-benar memahami keinginan istri. Meski untuk menemukan formula itu, suami harus mengalami kegagalan berkali-kali.
Semoga dengan membaca buku ini kita jadi mengerti apa saja rumus membahagiakan pasangan. Hingga rumah tangga terasa bahagia dan nikmat. Senikmat nyemil sebungkus rempeyek.

* * *

“Tulisannya penuh hikmah dan seperti biasa ada bumbu kocaknya.” (Diana, Tasikmalaya) “Ya Robbanaaa... pasangan ini, klop banget dah. Suami iseng, istri baperan. Barokallahu fiikum. Langgeng sampe ke surga, yes!” (Ina Silvie, Medan)

“Tulisannya gokil. Gak rugi baca tulisannya Mas Fitrah.” (Firdaus Fidoy, Payakumbuh)

*   *   *

MULTI LEVEL PAHALA





Menyemai Cinta Berbuah Surga ===

“Mohon kisahkan pada kami tentang Rasulullah.”

Nampak sekali keseriusan dari dua wajah pecinta ilmu itu. Wajah milik Atha¡’ dan Ubaid bin Umair.

Namun yang dimintai permohonan malah terdiam. Riak-riak rindu kepada sang kekasih tiba-tiba menyesaki dada saat namanya disebut. Sangat banyak kisah bersama lelaki mulia itu yang terlalu manis untuk dilupakan. Masih teringat jelas di memori otak, saat lelaki berwajah rembulan mengajaknya lomba lari. Dan ketika mereka menyentuh garis finish, lelaki itu akan mengecup keningnya mesra hingga meronalah pipinya.

“Humairaku, pipimu memerah lagi,” ucap lelaki itu sambil tersenyum menggoda.

Yang digoda jadi salah tingkah, segera mencubit lengan sang kekasih. Mereka pun tertawa bersama.

Ia juga takkan lupa betapa anggun kepribadian sang suami selama hidup dalam satu atap. Lelaki itu, seperti memiliki segudang rumus bagaimana cara membuat istri semakin cinta dari hari ke hari. Pernah, suatu pagi ia terkejut ketika melihat sang suami berjalan ke dapur. Seketika ia teringat sesuatu.

“Aduh! Aku lupa membuat sarapan. Pasti sekarang dia lapar.”

Akhirnya ia bangkit, menyusul sang suami dari belakang.

Perempuan itu langsung memejamkan mata seusai melihat lelaki berwajah rembulan membuka-buka wadah makanan di dapur. Kosong. Sang suami tak menemukan satu pun makanan.

“Aduh, bagaimana ini?” Perempuan itu salah tingkah.

“Suamiku,” ucapnya sambil tersenyum getir. “Hehe... Maaf, aku lupa masak sarapan hari ini.”

Andai lelaki itu kita, mungkin jawaban yang pertama kali keluar dari mulut adalah ucapan kekesalan atau bahkan cacian. Menganggap memiliki istri tak becus. Tapi tidak, lelaki itu berhati terang, seterang wajahnya. Pikirannya jernih, sejernih air mata.

Lelaki itu malah balas tersenyum, senyum yang mampu menentramkan hati siapapun yang menatap.

“Oh, hari ini aku memang mau puasa kok, Sayang.”

Sang istri lantas mendekap erat suaminya, merasa sangat bersalah, “Aku benar-benar minta maaf.”

“Hey, tak apa. Kan sudah aku bilang, hari ini aku puasa. Puasa sunnah.” Lelaki tampan itu membalas dekapan. Lembut.

“Ibunda...” suara Ubaid bin Umair memecah lamunannya. “Mohon kisahkan pada kami tentang Rasulullah.”

Ia menghela nafas, “Ah, semua perilakunya sungguh menakjubkan.”

Kemudian mengalirlah kisah itu dari bibir Ummul Mukminin, Aisyah--semoga Allah merahmati beliau--. Kisah tentang satu malam yang dihabiskan oleh Rasulullah dengan air mata.

(Tentang Satu Malam yang Dihabiskan dengan Air Mata)

***

Itulah salah satu cerita yang terdapat dalam buku Multi Level Pahala. Buku karyaku yang ke-10. Alhamdulillah, karena Allah memudahkan langkahku dalam menyelesaikan buku ini.

Multi Level Pahala. Kok mirip sama Multi Level Marketing, Fit? Emang kamu nyari downline?

Hehe. Ada alasan yang melatarbelakangi mengapa aku, tentu saja setelah diskusi dengan istri, memilih judul ini.

Buku Multi Level Pahala mulai aku susun setelah terinspirasi kebaikan orang lain ketika putra pertama kami diopname tahun lalu. Padahal bertemu kami saja belum pernah. Tapi apa yang ia ucapkan begitu membekas dalam hati,

“Buatku, saudara itu gak mesti karena ada ikatan darah. Tapi juga karena adanya ikatan batin dari Allah. Aneh mungkin. Tapi ya gitu deh aku. Love u all.”

Ya, kebaikan tidak harus melihat apakah ada hubungan darah antara kita dengan mereka. Seperti halnya Abu Bakar yang tiba-tiba membeli dan memerdekakan Bilal, meski dengan harga berlipat-lipat lebih mahal ketika budak itu disiksa di tanah panas dan ditindih batu. Setelah menjadi bagian dari Rasulullah, Bilal ditunjuk sebagai muadzin. Maka, tiap orang yang datang ke masjid karena mendengar adzan Bilal, ada pahala yang mengalir tiada henti untuk Abu Bakar.

Sama pula jika aku berbuat kebaikan pada orang lain, karena ingin meniru kebaikan seseorang yang membantuku saat si sulung opname lalu, maka tiap kebaikan ada jatah pahala untuknya tanpa mengurangi sedikit pun pahalaku. Mirip MLM, bukan?

Kebaikan harus terus ditebar, karena ia akan berbuah surga bagi yang menyemainya.

Di buku ini, aku lebih memfokuskan untuk mengulas kehidupan Rasulullah dan para sahabat yang penuh cinta itu. Juga menyelipkan kisah-kisah real lainnya yang insyaAllah membuat kita lebih bersemangat menebar benih kebaikan.

*   *   *

PEMESANAN BUKU BISA VIA WHATSAPP: 085703404372

Atau biar cepat bisa dengan cara KLIK INI

*
*
*
*

Comments

Popular posts from this blog

NASIB ORANG BAIK

Telah terbit! Buku komedi berjudul “Nasib Orang Baik (Catatan Gak Penting Pemuda Cungkring)”. Siapa penulisnya? Orang kurus yang tidak terkenal, tapi selalu merasa dirinya artis papan penggilesan. Makanya, penulis senang sekali jika ada pembeli yang minta tanda tangan di bukunya. Bila perlu seluruh halaman buku itu ditandatangani ia tak berkeberatan. Buku ini tepat untuk Anda sekalian yang butuh penyegaran otak, tapi tidak punya banyak uang untuk bertamasya ke tempat-tempat hiburan. So, buruan pesan sebelum persatuan pedagang apotek dan pedagang obat warung mengetahui beredarnya buku ini. Jika tau buku ini di pasaran, kemungkinan besar mereka akan menyita buku NOB, lalu membakarnya karena dianggap akan mengurangi jumlah pelanggan obat sakit kepala yang terserang galau tingkat dewa. Sekali lagi, meski buku ini berisi catatan gak penting, namun ternyata diperlukan juga dibaca di saat genting. Buat yang lagi gelisah. La Tahzan. Jangan bersedih, berbahagialah bersama buku in...

Download Gratis Buku "Curhat Orang Cungkring"

Sabtu lalu, aku menghadiri pernikahan seorang teman kuliah. Sesaat setelah berfoto bersama kedua mempelai, temanku --si pengantin pria-- tiba-tiba bilang, “Fit, kamu nyumbangin lagu, gih. Buat aku dan istri. Tuh, udah ada pemain organ tunggalnya.” Mataku berbinar-binar, “Beneran? Boleh?” Temanku mengangguk. Ah, dia tahu saja kalau aku suka menyumbangkan lagu. Maksudnya, membuat lagu yang awalnya merdu menjadi sumbang. Aku memang suka banget karaokean. Di dalam kamar, di kelas waktu kuliah, sampai di kandang ayam, aku nyanyi. Dan, mendapat kesempatan bernyayi di atas panggung hajatan kampung, serta ditonton banyak orang seperti ini adalah pelampiasan terbaik karena tak pernah lolos audisi menyanyi. Jangankan dinilai, baru masuk ruang audisi saja, juri sudah nyuruh aku keluar lagi, mana pakai manggil satpam segala, “Pak satpam, kok pemulung boleh masuk, sih?” Kembali ke topik ... Setelah mendapat ijin dari yang punya hajat, tanpa pikir dua kali aku langsung ke pemain organ...