Skip to main content

Kena Tipu!


Tertipu ===

Aku sedang membungkus buku ketika mendengar suara beberapa remaja putri memanggil-manggil nama adikku.

"Dilaaa! Dilaaa!"

Sambil tetap membungkus, aku berucap,

"Dil. Ada temenmu ini, Dek."

Tapi bukan Dila yang keluar, melainkan Bapak.

"Ada apa?" Bapak menghampiri kumpulan remaja itu di pintu.

"Kami mau Dila kembaliin uang kami."

Mendengar itu, aku langsung menghentikan acara bungkus membungkus. Eh, ada apa ini? Kok ada anak-anak minta uangnya dikembaliin. Apa adikku mencuri uang temannya?

"Gini ya, Nak. Dila itu ditipu. Ini masih diurus di kepolisian. Jadi jangan didesak terus anaknya." Begitu ucap Bapak.

Lalu terdengar salah satu anak berkata, "Ya kami gak mau tau. Itu urusannya Dila. Yang penting cepet kembaliin uang kami."

Tak sampai tiga detik setelah mendengar ucapan itu, Bapak tiba-tiba berkata dengan nada keras,

"Gak mau tau, Mbahmu! Kamu harus tau kalau Dila itu ditipu. Bukan dia yang nyolong uang kamu. Jadi tunggu dulu sampai selesai di kepolisian."

Aku berdiri, kok ada polisi segala ini ada apa?

"Dek, Dila kenapa?" aku bertanya ke Isti, adik pertamaku. Di samping Isti ada Ibu.

Isti menjawab, "Dila kena tipu Online Shop. Dia kan jadi reseller kaos kekinian. Perjanjiannya, beli kaos seharga sejuta, dapat untung lima ratus ribu. Nah, Dila nawarin ke teman-teman sekolahnya. Dapat sejuta, langsung transfer ke penjual online nya itu. Eh, ternyata itu penipuan. Jadi Dila dikejar sama temen-temennya yang pesen kaos. Minta uangnya dikembalikan. Ini Bapak lagi ngurus ke kepolisian. Bapak sudah samperin rumah si penipu, tapi ternyata kosong. Ndak tau ini gimana kelanjutannya. Salahnya Dila langsung percaya. Dipikir semua olshop bisa dipercaya. Soalnya dia kan sering order online."

Ini, nih. Yang bikin online Shop dijauhin pembeli. Banyaknya penipuan model gini bikin pedagang-pedagang online yang jujur kena imbasnya karena pembeli pada takut jual beli lewat online.

Lantas Ibu ikut nimbrung, "Udah, sekarang gak usah beli-beli online lagi. Isti kemarin beli baju online kena tipu 150 ribu. Sekarang Dila tambah parah, sejuta. Udah, pokoknya jangan beli sesuatu lewat online."

Ibu nampak begitu emosi. Siapa yang tidak emosi melihat anaknya yang masih SMA ketipu sampai rugi sejuta rupiah?

Akhirnya aku bilang, "Bu, aku ini jualan buku lewat online juga. Kalau semua orang gak mau beli lewat online kayak maunya Ibu, ntar gak ada yang beli bukuku, dong."

Ibu nampak bingung, "Eh, gitu ya, Nak? Ya udah beli online aja kalau gitu. Eh, gimana ya enaknya? Bingung."

Ibu bingung. Sebagai anak yang baik aku harus menemani ibu. Jadi aku ikutan bingung kayak ibu.

Anak berbakti mah emang harus gitu.

*** Surabaya, 18 Oktober 2018
Fitrah Ilhami

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA

Untuk membaca buku "TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA" di Google Play Book,  silakan klik saja DI SINI Alhamdulillah sudah cetak. Buku Tentang Cinta Tentang Keluarga edisi revisi. InsyaAllah lebih bagus dan manis, sesuai covernya. :) Buku ini ... Mungkin bisa dikatakan sisi lain dari diriku. Sebenarnya aku ini melankolis orangnya. Dulu pernah aku diajari Bapak matematika. Karena sulit banget nangkap pelajaran, Bapak ngamuk. Tanganku gemeteran, terus aku nangis. Itu bukti aku melankolis. #gak_usah_protes. Duh, pinginnya buat testimoni sedih kok malah gini. Kebiasaan. Intinya, aku menulis buku ini karena tertantang untuk keluar dari zona nyaman: nulis humor. Dan coba menulis yang bisa menyentuh hati. Dari sini lah aku berusaha menangkap ide dari manapun. Aku lihat teman yang punya anak kembar, namun salah satunya dititipkan ke eyang di desa karena keterbatasan ekonomi, aku tulis jadi cerpen. Aku lihat murid kena bullying, jadi karya. Mendengar kisah sahab...

NGAYAL

"Ada pesenan buku lagi, Bang?" Sambil nyuapin si kecil makan, istri bertanya padaku. Aku mengangguk sembari tetap membungkus buku pakai kertas kado. "Kirim ke mana?" "Ke Merauke." "Papua?" "Iya, bener." Aku mengangguk lagi. "Wah, berarti buku Abang ini udah dipesan dari Sabang sampai Merauke, ya?" Istri tersenyum. "Hehe... Alhamdulillah. Udah, nih. Tinggal kirim." Aku menimang-nimang paketan berisi delapan judul buku. Lalu, tiba-tiba aku nyeletuk, "Kalau berada di zaman Daulah Umayyah dan Abbasiyah, mungkin kita bisa kaya, Neng." "Kok bisa?" Kening istri berkerut. "Soalnya masa itu adalah masa dimana negara sangat menghargai penulis. Tiap buku akan ditimbang, dicek beratnya, lalu negara akan menukarnya pakai emas seberat buku itu. Makin berat buku, makin banyak emas yang diberikan negara ke penulis. Terus buku tersebut akan jadi milik negara dan diletakkan di perpustakaan Pusat....

Reuni Akbar Mujahid & Mujahidah 212 - 2 Desember 2018