Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Reuni Akbar Mujahid & Mujahidah 212 - 2 Desember 2018

Laboratorium Kehidupan (Part 2)

Aku termasuk orang yang bisa menangkap perbedaan sikap seseorang jika ia ada masalah. Bukan. Aku bukan dukun santet atau pun tiang sutet, cuma bisa ngerasa aja kalau ada orang abis kecepret gelang karet. Contoh, Dulu, di awal-awal pernikahan, otak ini masih ingat waktu aku pulang dari kerja, istri akan menyambut di depan pintu kontrakan sambil tersenyum menatap wajahku yang kuyu nan kucel tertimpa debu dan asap knalpot di jalan. "Abang capek? Mau buatin teh anget?" Itu surga, Brow. Saat badanmu letih setelah bekerja dan di rumah ditawari teh anget sama istri, itu serasa di surga level kontrakan. "Iya, Neng. Aku mau teh anget." "Ya udah, minta tolong belikan teh celupnya dulu di warung ya, Bang. Terus tolong panasin air segelas. Abis itu, sekalian nanti Abang kasih gulanya. Dua sendok aja. Biar gak terlalu manis." Itu buat sendiri, Brow. Ketika Istri nawarin kamu teh anget, tapi kamu sendiri yang beli teh celupnya di warung, masak air...

Kena Tipu!

Tertipu === Aku sedang membungkus buku ketika mendengar suara beberapa remaja putri memanggil-manggil nama adikku. "Dilaaa! Dilaaa!" Sambil tetap membungkus, aku berucap, "Dil. Ada temenmu ini, Dek." Tapi bukan Dila yang keluar, melainkan Bapak. "Ada apa?" Bapak menghampiri kumpulan remaja itu di pintu. "Kami mau Dila kembaliin uang kami." Mendengar itu, aku langsung menghentikan acara bungkus membungkus. Eh, ada apa ini? Kok ada anak-anak minta uangnya dikembaliin. Apa adikku mencuri uang temannya? "Gini ya, Nak. Dila itu ditipu. Ini masih diurus di kepolisian. Jadi jangan didesak terus anaknya." Begitu ucap Bapak. Lalu terdengar salah satu anak berkata, "Ya kami gak mau tau. Itu urusannya Dila. Yang penting cepet kembaliin uang kami." Tak sampai tiga detik setelah mendengar ucapan itu, Bapak tiba-tiba berkata dengan nada keras, "Gak mau tau, Mbahmu! Kamu harus tau kalau Dila itu ditipu. Bukan dia ya...

Laboratorium Kehidupan (Part 1)

Bagiku, menikah itu persis sebuah laboratorium. Tepatnya, laboratorium kehidupan. Suami dituntut menganalisa sifat dan kebiasaan istrinya. Entah itu kebiasaan baik, atau kebiasaan istri yang bikin suami segera pergi ke apotek buat beli tiga bungkus puyer sakit kepala, saking pusingnya menghadapi kelakuan istri. Mau ndak mau, akhirnya suami harus mencari formula agar ia bisa benar-benar memahami keinginan si istri. Meski, untuk menemukan formula itu, suami harus mengalami kegagalan berkali-kali. Seperti yang terjadi padaku beberapa waktu lalu. Ketika lagi rame pendaftaran CPNS, tiba-tiba istri sering nampak cemberut. Aku sapa, dia cemberut. Aku tersenyum, dia masih cemberut. Aku tanyain dia mau apa, istri menggeleng. Aku tinggal makan bakso sendirian, dia marah sambil bilang, "Egois! Aku juga pingin bakso. Gorengannya dua. Yang pedes." Daripada dia ngambek dan nyeburin diri ke mesin cuci, ya sudah aku belikan. Hanya saja, setelah makan bakso, dia kembali cemberut...

Surga, Apakah Kita Siap Meniti Jalannya?

Melihat fenomena Khabib Nurmagomedov dan Miftahul Jannah, aku merasa surat Al-Baqoroh ayat 214 itu seolah-olah baru saja diturunkan. Membentang lebar tepat di depan mata. "Apakah kau mengira akan masuk surga? Padahal belum datang padamu cobaan-cobaan seperti yang dialami oleh orang-orang terdahulu. Mereka ditimpa malapetaka, kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam cobaan. Hingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, 'Kapankah pertolongan Allah akan datang?' Ingatlah, sungguh pertolongan Allah itu sangat dekat." *** Kita mulai dengan kisah Khabib Nurmagomedov. Petarung Ultimate Fighting Championship (UFC) asal Dagestan, Rusia ini menjadi buah bibir bukan hanya di kalangan olahragawan tetapi juga para emak-emak karena aksi melompat pagar ring, menyerang tim lawan, setelah mengandaskan perlawanan rivalnya, Conor McGregor lewat teknik choke alias cekikan. Apa yang membuat pemuda 31 tahun itu begitu emosional? Padahal, selama ini...

Duhai Istri, Mintalah Sesuatu pada Suami agar Rezeki Dia Ditambah

Malam di akhir pekan itu aku mengajak istri dan dua bocah jalan-jalan naik motor. Biar mereka tidak jenuh di rumah karena berhari-hari aku tinggal kerja. Saat di tengah perjalanan kami melewati barisan para pedagang buah, istri tiba-tiba bilang, "Bang, pingin durian." "Durian?" aku memastikan. "Iya." "Ya sudah, ayo beli," kataku meyakinkan. Tak disangka istri berubah pikiran, "Ndak, ah. Nanti aja kalau Abang ada uang lebih." "Alhamdulillah, selamet," kataku dalam hati. Gak mungkin aku ucapkan hal itu ke istri secara terang-terangan. Bisa-bisa dia minta turun di tengah jalan saat itu juga. Maklum tanggal tua. Banyak kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Popok si bungsu, dan susu si sulung sudah habis. Kami harus pandai-pandai mengatur pengeluaran. "Yakin ndak jadi beli durian, Neng?" aku pura-pura tanya. "Iya ndak usah." Dia memastikan, "Tapi aku pingin banget maem durian, Ban...

Sabar Memahami

Meskipun kemampuan verbalnya sudah jauh berkembang daripada waktu-waktu yang lalu, namun masih ada ucapan Ayas yang hanya Allah, Uminya, dan Ayas sendiri yang tau. Sedangkan aku, enggak. Kemarin aku mengajak si sulung nyanyi, mengiringinya pakai piano. Biar menstimulasi kemampuan bicaranya, pikirku. Alhamdulillah Ayas seneng banget. "Ayo, Nak. Mau nyanyi lagu apa?" aku menawari si sulung. Siap-siap memainkan piano. Ayas menjawab, "Yo Matan Ati." Keningku mengkerut, "Ayo Makan ati?" "Bukan, Abi," Ayas menggeleng. Eh, iya. Perasaan gak ada deh lagu makan ati? Tapi yang jelas, apa pun makannya, minumnya teh botol sosro. Kayaknya aku harus memastikan apa maksud ucapan Ayas ke 'Kamus Bahasa Ayas Berjalan', tak lain dan tak bukan, dialah Emaknya. "Neng, apa itu lagu Yo Matan Ati?" Istri yang lagi ngiris mangga, berucap santai, "Kalau Kau Suka Hati, Bi. Iya ya, Mas Ayas?" Si sulung mengangguk man...

SANG ELANG: KHABIB NURMAGOMEDOV

 "Let's talk! Ayo bicara! Hah?" Sambil mendaratkan pukulan bertubi-tubi pada rusuk dan wajah lawannya, lelaki itu terus berkata. Sang lawan tak kuasa menghindari pukulan keras itu. Smash! Satu pukulan mendarat lagi ke mata sebelah kiri. Membuat darah mengalir dari kulit di bawah mata. Terdengar gemuruh di tribun penonton. "Let's talk!" Lelaki itu masih beringas menghujamkan bogem mentah. Tak peduli lawannya nampak kesakitan karena ditindih, nafasnya pun terdengar tersengal-sengal. Teng! "Stop. Stop, guys. Back to corner." Wasit memisahkan dua juara itu. "Let's talk!" Lelaki yang mendominasi pertarungan dari ronde pertama, menatap lawannya yang sudah sempoyongan. Yang diajak bicara hanya menjawab lemah, "It just a business. Ini cuma sekedar bisnis, Kawan." Petarung yang berjuluk 'Sang Elang' itu nampak kembali ingin menimpali ucapan lawannya, hanya saja wasit sudah mendorongnya agar kem...

MINTA KAWIN

Jujur, istri jarang sekali menamatkan sebuah buku jika ia merasa buku itu tidak menarik. Selektif sekali. Bahkan, aku pernah merekomendasikan satu judul padanya, bilang buku ini bagus, penuh hikmah, dan saat ia memulai membaca, istri langsung bilang, "Males, ah." "Bukunya jelek?" "Penulisnya yang jelek." Ya, saat itu aku lagi merekomendasi buku karyaku sendiri untuk dia baca. Nah, suatu ketika aku order buku seorang sahabat di Komunitas Bisa Menulis (KBM). Judulnya, "Minta Kawin". Buku ini karya penulis asal Surabaya, Mbak Novie Purwanti. Tertarik saja sama judulnya. Kayaknya gokil ini buku. Setelah beberapa hari, buku itu akhirnya sampai di rumah. Baru baca beberapa halaman, istri langsung tanya, "Buku baru, Bang?" "Iya." "Coba lihat." Tatkala melihat judul covernya, istri langsung berseru. "Minta kawin? Apa maksud Abang baca buku ini? Abang mau minta kawin lagi? Jangan jahat loh,...

OTAJI (Oseng Tuna Asap Siap Saji)

[Mas, boleh minta alamat? Mau ngasih sesuatu buat Mas Ayas. Barangkali dia mau.] Sebuah pesan via WhatsApp terkirim ke hapeku ketika aku menjaga si sulung di rumah sakit. Saat itu Ayas sakit demam lima hari hingga butuh opname. [Baik, Mbak.] Aku memberi alamat. Selang dua hari, adik di rumah menelepon, "Cak, ada kiriman." "Dari siapa?" "Dari kurir JNE." "Nama Pengirimnya, ndul. Aku gak tanya kurirnya." "Oh, nama pengirimnya sih, Mbak Olis." "Oke. Simpen ya dek." Sorenya aku ambil itu paketan di rumah. Ternyata isinya Otaji. Ikan tuna asap, dan disuwir-suwir icikiwir. Setelah kubuka tutupnya, aku icip dikit. Rasanya wenak. Beneran. Kata orang Madura: Lemak. Nyaman ongguh. Nah, iseng aku coba kasih ke Ayas. Selama sakit dia gak mau makan. Makan dikit dimuntahin. Barangkali dia mau, pikirku. Istri ambil nasi, mencomot ikan asap beberapa suwir, memberinya kecap, dan menyuapi Ayas. Dan alha...

SUNNAH?

Pengalaman dari seorang Kyai, Hafidz Qur'an dari kalangan NU ini mungkin bisa kita ambil hikmahnya. Tentang bagaimana kita mulai mau membiasakan diri memandang suatu persoalan dengan pandangan objektif, ketimbang ribut-ribut, berselisih pada hal-hal yang jauh dari tujuan inti kita beragama. * * * Namanya Gus Baha. Murid kesayangan Mbah Kyai Maimoen Zubair, Rembang. Suatu saat, beliau diundang untuk menjadi narasumber seminar tentang Al-Quran di suatu kampus di Jakarta. Beliau bukan satu-satunya pembicara pada acara tersebut. Ada tiga orang narasumber lain. Nah, pada saat moderator mempersilakan Gus Baha berbicara, tiba-tiba setengah dari jumlah seluruh peserta seminar keluar ruangan. Membuat kursi-kursi menjadi kosong. Gus Baha sedikit terkejut pada awalnya. Tapi beliau tak ambil pusing. Memutuskan untuk melanjutkan materi. Tatkala selesai memberi materi seminar, Gus Baha dibilangi oleh seorang anak muda. Nampaknya, anak muda ini adalah salah satu panitia. ...

NGAYAL

"Ada pesenan buku lagi, Bang?" Sambil nyuapin si kecil makan, istri bertanya padaku. Aku mengangguk sembari tetap membungkus buku pakai kertas kado. "Kirim ke mana?" "Ke Merauke." "Papua?" "Iya, bener." Aku mengangguk lagi. "Wah, berarti buku Abang ini udah dipesan dari Sabang sampai Merauke, ya?" Istri tersenyum. "Hehe... Alhamdulillah. Udah, nih. Tinggal kirim." Aku menimang-nimang paketan berisi delapan judul buku. Lalu, tiba-tiba aku nyeletuk, "Kalau berada di zaman Daulah Umayyah dan Abbasiyah, mungkin kita bisa kaya, Neng." "Kok bisa?" Kening istri berkerut. "Soalnya masa itu adalah masa dimana negara sangat menghargai penulis. Tiap buku akan ditimbang, dicek beratnya, lalu negara akan menukarnya pakai emas seberat buku itu. Makin berat buku, makin banyak emas yang diberikan negara ke penulis. Terus buku tersebut akan jadi milik negara dan diletakkan di perpustakaan Pusat....

Ganti Dulu, kalau Tak Nepati Janji, Ganti Lagi

Tatkala membaca berita bahwa terjadi intimidasi serta penolakan terhadap Ustadz Abdul Somad (UAS) di Jawa Tengah oleh GP Ansor pada awal bulan lalu, aku sudah menduga bahwa kejadian ini akan berbuntut panjang. Kecuali penegak hukum dan negara segera hadir dan menengahi konflik ini. Sebab, kiprah dakwah UAS saat ini telah menjadi perbincangan di dunia maya. Di dunia nyata, ternyata jamaahnya luar biasa banyak. Tiap beliau diundang tausiyah di suatu daerah, butuh satu stadion bola untuk menampung seluruh jamaah yang hadir. Aku pernah ikut kajiannya saat UAS mengisi kajian di Masjid Kampus Unair C, Surabaya. Itu jamaahnya MasyaAllah. Membeludak sampai ke area parkir. Aku malah dapat jatah di sisi parkir ujung. Aku hanya bisa menatap wajah ulama dari Riau itu lewat layar proyektor. Saking padatnya jamaah. Dan berita ditolaknya UAS berceramah di Jawa Tengah, jelas menyinggung perasaan seluruh jamaah beliau, wa bil khusus masyarakat melayu Riau. Apalagi dengan alasan bahwa UAS adala...

Menjadi Suporter Berkepala Jernih

Aku menonton pertandingan itu lewat siaran televisi kemarin sore. Pertandingan bola antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta. Pertandingan yang disebut-sebut El-Clasiconya Indonesia. Sayangnya karena ada tamu, aku hanya menonton pertandingan itu sampai babak pertama saja. Kemudian pagi tadi aku mendengar berita bahwa setelah laga itu, terjadi pengeroyokan suporter Persib kepada suporter Persija. Nahas, korban pengeroyokan meninggal dunia. Sejarah kelam persepakbolaan Indonesia bertambah satu digit. Mari kita bayangkan, andaikata korban pengeroyokan itu adalah anak atau saudara kandung kita, tentu akan berat hati kita menerimanya. Seorang pemuda pamit ingin menonton kesebelasan kesayangan, akan tetapi pulang dengan jasad tak lagi ber-ruh. Lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi ini? Pertama, aku ingin menyoroti para pemain di lapangan. Pada pertandingan kemarin, tercatat ada 22 kali pelanggaran dalam kurun waktu 22 menit. Artinya, di tiap menit wasit meniu...

ES MAMBO

Ada kalanya aku dan istri marahan di rumah. Penyebabnya macam-macam. Mulai dari salah paham, sampai gara-gara salah ucap. Contoh marahan karena salah paham: Setiap orang pasti punya jadwal, maaf, beol rutin. Lain orang lain pula waktunya. Ada yang punya jadwal rutin buang hajat sebelum tidur, ada juga waktu subuh. Nah, jadwal rutinku adalah setelah sarapan. Jangan tanya kenapa, soalnya aku juga gak mau tanya pada 'si dia'. Jangankan tanya, lihat wujudnya aja aku ogah. Makanya begitu dia menampakkan diri, langsung aku banjur. Enyahlah dia dari kehidupanku. Tapi kebiasaan buang hajat setelah sarapan itu, selalu membuat istri ngambek. "Abang, aku perhatiin setiap sarapan masakan yang aku buat, langsung Abang keluarin. Abang gak suka ya masakan aku?" begitu tanya istri. "Suka, kok." "Terus kenapa dikeluarin? Abang gak cinta sama aku ya?" Aku melongo. Emang untuk membuktikan cinta, suami yang sudah makan masakan istri, gak boleh beol...

DOWNLOAD GRATIS BUKU "CINTA YANG TERSAMBUNG HINGGA KE LANGIT"

“Meski sudah lima tahun menikah dengan beliau, bahkan menyatakan diri sebagai istri yang paling dicintai dan dihormati, nyatanya aku tak pernah bisa menggantikan posisi Khadijah di hatinya. Ada kalanya aku merasa beliau tidur dengan gelisah di sampingku. Kemudian aku mendengar beliau mengigau, berbisik memanggil nama Khadijah, seiring air matanya menetes dalam tidur ketika rasa sakit memikirkan persoalan umat dalam agama ini mulai menggerogoti alam bawah sadarnya. Tak peduli berapa lama aku menikah dengannya, tak peduli berapa putra yang mungkin kupersembahkan untuknya. Lelaki itu, Muhammad yang terkasih, takkan pernah benar-benar menjadi milikku sepenuhnya.” ====== Kalimat di atas hanyalah secuplikan kecil kisah dari buku "Cinta yang Tersambung hingga ke Langit". Untuk membaca kisah lengkapnya, silakan download saja DI SINI

Download Gratis Buku "Curhat Orang Cungkring"

Sabtu lalu, aku menghadiri pernikahan seorang teman kuliah. Sesaat setelah berfoto bersama kedua mempelai, temanku --si pengantin pria-- tiba-tiba bilang, “Fit, kamu nyumbangin lagu, gih. Buat aku dan istri. Tuh, udah ada pemain organ tunggalnya.” Mataku berbinar-binar, “Beneran? Boleh?” Temanku mengangguk. Ah, dia tahu saja kalau aku suka menyumbangkan lagu. Maksudnya, membuat lagu yang awalnya merdu menjadi sumbang. Aku memang suka banget karaokean. Di dalam kamar, di kelas waktu kuliah, sampai di kandang ayam, aku nyanyi. Dan, mendapat kesempatan bernyayi di atas panggung hajatan kampung, serta ditonton banyak orang seperti ini adalah pelampiasan terbaik karena tak pernah lolos audisi menyanyi. Jangankan dinilai, baru masuk ruang audisi saja, juri sudah nyuruh aku keluar lagi, mana pakai manggil satpam segala, “Pak satpam, kok pemulung boleh masuk, sih?” Kembali ke topik ... Setelah mendapat ijin dari yang punya hajat, tanpa pikir dua kali aku langsung ke pemain organ...

DOWNLOAD GRATIS BUKU "TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA"

Ini sedikit cuplikan salah satu kisah dari buku "Tentang Cinta Tentang Keluarga" Malam ini jatuh pada hari kelima belas, bulan kedelapan kalender masehi. Tadi, sempat kulihat langit dipenuhi gemintang berhamburan membentuk rasi-rasi, menghiasi hamparan luas tanpa batas di atas sana. Kerlap-kerlipnya nampak menggemaskan. Bulan purnama menjelma bagai permaisuri bermata jeli, cahayanya terang meneduhkan, membuat siapa pun yang melihat akan terpesona. Sepulang bekerja, seperti biasa Kak Teratai menyiapkan makan malam bagi kami --aku dan si cerewet, Lili--, menemani belajar, lalu menyuruh kami segera masuk kamar. Kak Teratai berpesan agar kami berdua cepat tidur, sebab dia sudah terlalu lelah bekerja seharian. Ia tak ingin jatah istirahatnya terdefisit akibat mendengar celotehan kami yang berisik. “Kamu tak boleh ngompol lagi!” Kak Teratai berseru, memasang mimik muka garang. “Awas, jangan coba-coba! Atau Kakak akan suruh kamu cuci sendiri semua seprei hasil ompolan ...

DOWNLOAD GRATIS BUKU "CURHAT ORANG CUNGKRING 2"

Salah satu bab menarik dalam buku ini berjudul "Sate", itulah makanya kenapa ditempatkan paling pertama di buku, ===== Kata orang, jangan suka makan daging kambing, jika kau tak ingin punya darah tinggi dan suka marah. Aku tak pernah mempercayai hal tersebut, setidaknya sebelum pengalaman ini menyapaku ... * * * Suatu ketika, aku masuk ke salah satu depot makanan dan memesan sate kambing. “Sate seporsi, Mas.” Aku mengacungkan jari kepada si penjual yang sedang membumbui sate dengan kecap. “Kambing apa sapi, Bos?” tanya si penjual. “Kambing aja.” “Siap!” Si penjual mengancungkan jempol. “Duduk dulu, Bos.” Aku mengangguk, mencari bangku kosong. “Woy, kambing satu!” lanjut si penjual meneriaki seorang rekan kerjanya yang sedang mengipasi sate di pembakaran. Si pengipas sate langsung berseru lantang, “Siiip!” Kompak sekali kedua pedagang ini, pikirku sembari menyungging senyum. Setelah beberapa waktu, telinga ini mendengar percakapan kedua pen...

Download Buku "Gara-Gara Gelas" karya Fitrah Ilhami

Pada mulanya buku ini diberi judul "Kisah Seru Pengantin Baru," namun seiring waktu berjalan, judul itu berubah menjadi "Gara-Gara Gelas," karena sepertinya itu lebih menarik dan lebih propokatif. Namun buku ini bukan sebuah buku untuk memprovokasi, melainkan buku yang insya Allah akan menginspirasi, Baca saja sebagian isinya: ==== Tak lama setelah itu, engkau mengatakan siap melakukan perkenalan lebih serius denganku. Kau memintaku segera mengirimkan proposal pernikahan via e-mail. Ah, rasanya utuh sudah keyakinan ini. Tetapi, bagaimana caranya membuat proposal nikah? Itulah pertanyaan yang pertama kali menggantung di kepala ini. Aku belum pernah buat proposal seperti itu sebelumnya. Apakah proposal nikah sama dengan proposal kerja? Kalau sama, berarti harus disertakan ijazah plus transkip nilai skripsi juga, dong? Apa perlu kukasih akta kelahiran pula? “Kamu serius, gak, sih?” ucapmu gemas menanggapi pertanyaanku tentang proposal nikah, lewat telep...

Download Gratis buku Golden Scenes karya Fitrah Ilhami

Kali ini, saya akan membagikan ebook gratis Golden Scenes. Mungkin kamu pernah mendengar buku berjudul "Golden Scenes" karya Fitrah Ilhami. Dan penasaran, apa isinya. Mungkin sangat penasaran, seperti apa isinya. Nah sekarang, kamu bisa mendownload gratis buku tersebut, silakan klik saja DI SINI

HANYA EMAK YANG BISA MEMAHAMI

 Tiap akan bobo malam, kedua anakku akan berebut minta kelon ke Uminya. Sebenarnya aku juga mau ikutan berebut, tapi takut diusir istri dari kamar sambil bilang, "Duh, sana duh. Bikin ribet aja bocah kumisan ini!" Nah, yang selalu terjadi adalah istri akan mendahulukan ngelonin si adek dulu sebab dia masih ASI. Kalau sudah begitu, si sulung Ayas langsung nangis karena cemburu. Kadang, sampai mukul kaki adeknya. Dipukul kayak gitu, adeknya ikut nangis. Akhirnya kamar jadi panggung konser tangisan massal. "Umi nenenin adek dulu ya, Mas. Abis itu Umi kelonin Mas Ayas." Begitu ucap istri ke si sulung. "Aku gimana?" Itu aku yang bicara. "Abang ini gak ngerti sikon banget, ya. Anak nangis, masih aja kelakuannya." Istri berucap gemas. Tuh, kan. Salah paham lagi. "Maksudku, aku harus gimana anak nangis gini?" ucapku. "Oh, Ayasnya digendong dulu, Bang." Istri lantas menatap si sulung yang meraung-raung. "Ay...