Skip to main content

Ganti Dulu, kalau Tak Nepati Janji, Ganti Lagi

Tatkala membaca berita bahwa terjadi intimidasi serta penolakan terhadap Ustadz Abdul Somad (UAS) di Jawa Tengah oleh GP Ansor pada awal bulan lalu, aku sudah menduga bahwa kejadian ini akan berbuntut panjang. Kecuali penegak hukum dan negara segera hadir dan menengahi konflik ini.

Sebab, kiprah dakwah UAS saat ini telah menjadi perbincangan di dunia maya. Di dunia nyata, ternyata jamaahnya luar biasa banyak. Tiap beliau diundang tausiyah di suatu daerah, butuh satu stadion bola untuk menampung seluruh jamaah yang hadir. Aku pernah ikut kajiannya saat UAS mengisi kajian di Masjid Kampus Unair C, Surabaya. Itu jamaahnya MasyaAllah. Membeludak sampai ke area parkir. Aku malah dapat jatah di sisi parkir ujung. Aku hanya bisa menatap wajah ulama dari Riau itu lewat layar proyektor. Saking padatnya jamaah.

Dan berita ditolaknya UAS berceramah di Jawa Tengah, jelas menyinggung perasaan seluruh jamaah beliau, wa bil khusus masyarakat melayu Riau. Apalagi dengan alasan bahwa UAS adalah anggota HTI dan anti pancasila. Tudingan yang tanpa dasar.

Media sosial memanas terkait isu tersebut, dan tak lama lagi akan memercik ke dunia nyata.

Saat itu aku berharap Presiden, sebagai panglima tertinggi di Republik ini, akan mengeluarkan statement yang mendinginkan suasana perihal persekusi UAS. Karena ini juga menyangkut Undang-Undang kebebasan berpendapat. Jika dibiarkan, maka keberlangsungan hak kebebasan berbicara setiap warga negara untuk mengeluarkan idenya di muka publik akan terberangus.

Nyatanya, yang ditunggu tak jua muncul. Presiden seolah menganggap kejadian ini lumrah, wajar, biasa-biasa saja. Padahal, andai beliau tahu, di akar rumput masyarakat sudah terbelah. Tinggal menunggu waktu saja aksi saling balas penolakan akan terjadi.

Tak lama berselang ketua GP Ansor, Yaqut, dijadwalkan akan mengisi safari seminar bertajuk pengajian kebangsaan di Riau. Dan benar saja, masyarakat Riau yang terluka perasaannya karena UAS ditolak di tanah Jawa, mengusir Yaqut dari tanah melayu.

Lihatlah, gara-gara tak ada ketegasan dari pemerintah pusat, hak berpendapat menjadi kacau balau. Tak menutup kemungkinan, aksi saling balas tolak menolak ini akan terus berlanjut entah sampai kapan.

"Kenapa harus Presiden yang terus disalahkan? Itu kan urusan personal."

Perlu diulangi, UAS adalah ulama dengan jamaah yang banyak. Sangat banyak. Cobalah datang di acara tausiyah beliau, entah di kota mana. Telat datang setengah jam saja, sudah bisa dipastikan Anda kehabisan tempat duduk. Dengan jamaah sebanyak itu di tiap daerah, maka penolakan demi penolakan terhadap UAS akan menjadi konflik horizontal berskala nasional. Maka butuh Presiden yang menengahi. Kata-kata presiden sangat ditunggu sebab hal itu begitu penting demi stabilitas negara. Orang tentang kata "emak-emak" saja beliau komentari, lebih pantas disebut "Ibu bangsa" kok. Masa yang lebih penting dari itu tidak komentar sama sekali?

Hari berganti hari, ternyata tidak ada statement dari presiden. Dan masyarakat masih terpecah.

Presiden Jokowi, di beberapa aspek, harus diakui bagus dalam bekerja. Pembangunan tol, oke. Meski presiden sebelumnya juga membangun. Tol Suramadu, jembatan yang menghubungkan antara pulau jawa dengan Madura, itu diresmikan oleh Pak SBY. Tapi seingatku, beliau dan para pendukungnya tak pernah mengklaim bahwa itu adalah hasil kerja SBY semata. Kurasa SBY paham bagaimana cara menghargai pendahulu. Sebab, peletakan batu pertama jembatan Suramadu, dilakukan di era Bu Mengawati menjadi presiden di tahun 2003. Terhenti beberapa waktu, hingga dilanjutkan dan pada tahun 2009 diresmikan oleh Pak SBY. Sepengetahuanku, Pak SBY tak pernah mengatakan jembatan Suramadu adalah proyek mangkrak.

Bu, Pak. Aku jadi ingat perkataan Fahri Hamzah. Kalau cuma membangun infrastruktur, asal ada uangnya, anak SMP yang jadi Presiden pun bakal bisa membangun infrastruktur. Pak Harto dulu juga membuat program pembangunan masjid Pancasila, skala nasional. Pembangunan infrastruktur memang penting, tapi yang jauh lebih penting adalah membangun pikiran. MEMBANGUN IDE. Apa ide Anda sebagai kepala negara saat menahkodai perahu besar bernama Indonesia ini?

Pak Sukarno dulu bisa membujuk kesultanan Aceh dan kesultanan Melayu di Siak, bukan dengan iming-iming akan dikasih jalan tol. Kesultanan-kesultanan itu jauh lebih kaya dan lebih berdaulat dari Indonesia. Bahkan merekalah yang menyumbang pesawat terbang pertama untuk Republik ini. Lihat di ujung Monas yang berkilau itu. Itu adalah emas murni. Sumbangan dari Kesultanan melayu. Mengapa mereka mau bergabung dengan NKRI? Karena Bung Karno membawa gagasan.

"Saat kita bersatu, kita akan menjadi umat yang kuat. Bangsa ini akan terbebas dari belenggu penjajahan." Begitu ucap bung Karno.

Andai Bung Karno cuma menawarkan akan menyediakan jalan tol pada para sultan, sepertinya beliau akan pulang dengan wajah tertunduk.

Pak Jokowi, aku lihat lemah dalam ide. Juga lemah memberi narasi-narasi yang elegan untuk rakyat. Beliau jarang ngomong, tapi sekali berucap pasti berujung polemik, apalagi kalau tidak menggunakan teks.

Tentang ucapan beliau saat pertemuan akbar dengan relawan, "Relawan Jokowi gak boleh ganggu, jangan menghina, tapi kalau diajak berkelahi, tidak takut."

Loh kok presiden malah merestui 'perkelahian' sesama rakyat?

Akhir-akhir ini beliau berucap di hadapan wartawan, "Relawan Projo itu beda. Mereka bukan relawan kardus."

Tentu yang dimaksud kardus adalah penyudutan terhadap Prabowo. Lawan beliau di pilpres 2019. Ironis memang, di saat beliau sendiri yang lantang berucap bahwa pilpres kali ini harus terhindar dari isu yang keluar dari substansi kenegaraan dan berfokus pada adu gagasan, yang keluar dari bibir beliau malah olok-olok terhadap lawan.

Ribut lagi dah, sosial media. Duh, kapan bisa ayem negara ini?

Kita butuh pemimpin yang mampu hadir di setiap masalah kemasyarakatan, terutama hadir untuk memperkuat stabilitas negara. Pemimpin yang menegakkan hukum tanpa tebang pilih. Karena saat hukum lapuk, semua aspek negara pasti terpuruk.

Kita mungkin bisa tahan, melihat harga-harga kebutuhan pokok pada naik, subsidi pada dicabutin, meski memberatkan tapi kita bisa tahan. Tinggal kerja lebih keras, peras keringat lebih banyak. InsyaAllah ada jalan rezeki lain. Dollar naik? Tinggal nafsu diturunin. Biar istri gak hamil lagi. Eh, bercanda.

Akan tetapi, kita tak akan tahan melihat ketidakadilan. Kalau yang pro penguasa, melenggang kangkung, bertindak semaunya tanpa takut dijerat hukum. Jika yang jadi korban pihak oposisi atau yang belum jelas mau dukung siapa, tinggal pura-pura tak tahu, beres. Berharap waktu yang menghapus jejak kejadian itu dari ingatan publik.

Eits, jangan. Jangan dulu ngetik komentar dengan kata-kata, "Dasar kamu kampret jantan!"

Sumpah aku manusia. Demi Allah aku manusia. Kalau gak percaya ayo silaturahmi ke rumahku. Aku traktir makan bakso. Gratis. Nanti aku minta tolong istri buatin es sirup, supaya kita bisa ngobrol santai.

Andai semua tahu, pada sebelum pilpres 2014 berlangsung, dalam lubuk hati yang paling dalam aku berharap Pak Jokowi yang menjadi presiden. Sebab ketika masih menjabat sebagai walikota Solo, beliau mencanangkan produksi Mobil Nasional Esemka. Dan aku ingat betul apa yang dikatakan beliau saat diwawancara oleh tv one saat itu,

"Menurut bapak, apakah mobil Esemka ini perlu dikembangkan secara nasional?"

Sambil duduk di dalam mobil Esemka, beliau tertawa. Ketawa yang sangat khas. Lalu bilang,

"Kalau seluruh mobil dinas menggunakan Mobil Esemka, mobil karya anak bangsa sendiri, maka kita akan berdaya. Tak perlu lagi impor mobil dinas."

MasyaAllah. Keren banget ini orang, pikirku. Itu sebabnya ketika beliau jadi calon presiden tahun 2014, aku mendukung beliau jadi presiden. Gila! Kalau Pak Jokowi beneran jadi presiden, negara bakal setara Korea dengan Hyundai-nya, Jepang dengan Toyota-nya, India dengan Datsun-nya, dan Jerman dengan BMW-nya.

Setelah pilpres, Indonesia akan berjaya dengan Esemka-nya.

Alhamdulillah. Beliau benar-benar jadi presiden.

Ditunggu setahun pertama, gak ada mobil Esemka.

Tahun kedua, pabrik pembuatan Esemka telah jadi gudang kosong. Aku tahu hal itu setelah membaca koran Surya Surabaya, dengan headline 'Esemka Nasibmu Kini'.

Tahun ketiga, masih nunggu.

Barangkali itu gudang jadi kosong karena karyawan Esemka lagi pindah kontrakan. Karyawan pada gak betah kerja di pabrik itu lantaran di sana banyak tikus.

Tahun keempat, masih nihil.

Dan akhirnya sadar, bahwa mungkin rencana mobil nasional Esemka itu terwujud nanti. Iya, nanti.

Sebab sekarang si mobil Esemka ternyata masih Es De. Jadi nunggu 8 tahun lagi, agar si mobil Es De lulus sekolah, lanjut Esempe baru deh jadi Esemka.

****

Surabaya, 25 September 2018
Fitrah Ilhami

NB:

Karena yang sekarang banyak janji yang gak terbukti, coba ah ganti coblos presiden baru. Barangkali cocok. Kalau ternyata presiden baru nanti sama saja atau bahkan lebih parah, ya cari orang baru yang lebih kompeten, ganti lagi di pilpres selanjutnya.

Seperti ucapan mendiang Gus Dur, "Gitu aja kok repot."
======

Comments

Popular posts from this blog

SINOPSIS 10 BUKU FITRAH ILHAMI

GARA-GARA GELAS Berhemat. Kata inilah yang diucapkan istri padaku secara rutin di awal pernikahan. Udah macam mantra saja. Ketika aku ingin beli makan di warung, istri menggeleng cepat. “Kita harus berhemat, Abang.” Aku mau beli roti, istri menggeleng, “Ingat, ber-he-mat!” Giliran aku bilang mau beli jus alpukat untuknya, perempuan itu menyatuhi sambil senyum-senyum gak jelas, “Baiklah, Bang. Kita gak perlu nyiksa diri dengan berhemat. Yang penting nikmati hidup ini apa adanya.” Bah! * * * Selamat datang di dunia 3G (Gara-Gara Gelas). Buku ini merupakan catatan kocak pengantin muda yang masih berjuang membangun rumah makan, eh, rumah tangga. Mulai dari awal saling kenal di dunia maya, berusaha berhemat setelah hidup bersama, sampai untuk mendapatkan gelas pun harus dengan perjuangan. Membaca setiap kisah di dalam buku ini, dijamin Anda akan tersenyum geli, bahkan terbahak-bahak. Dan mungkin Anda akan memahami bahwa berbagai masalah di da...

NASIB ORANG BAIK

Telah terbit! Buku komedi berjudul “Nasib Orang Baik (Catatan Gak Penting Pemuda Cungkring)”. Siapa penulisnya? Orang kurus yang tidak terkenal, tapi selalu merasa dirinya artis papan penggilesan. Makanya, penulis senang sekali jika ada pembeli yang minta tanda tangan di bukunya. Bila perlu seluruh halaman buku itu ditandatangani ia tak berkeberatan. Buku ini tepat untuk Anda sekalian yang butuh penyegaran otak, tapi tidak punya banyak uang untuk bertamasya ke tempat-tempat hiburan. So, buruan pesan sebelum persatuan pedagang apotek dan pedagang obat warung mengetahui beredarnya buku ini. Jika tau buku ini di pasaran, kemungkinan besar mereka akan menyita buku NOB, lalu membakarnya karena dianggap akan mengurangi jumlah pelanggan obat sakit kepala yang terserang galau tingkat dewa. Sekali lagi, meski buku ini berisi catatan gak penting, namun ternyata diperlukan juga dibaca di saat genting. Buat yang lagi gelisah. La Tahzan. Jangan bersedih, berbahagialah bersama buku in...

Download Gratis Buku "Curhat Orang Cungkring"

Sabtu lalu, aku menghadiri pernikahan seorang teman kuliah. Sesaat setelah berfoto bersama kedua mempelai, temanku --si pengantin pria-- tiba-tiba bilang, “Fit, kamu nyumbangin lagu, gih. Buat aku dan istri. Tuh, udah ada pemain organ tunggalnya.” Mataku berbinar-binar, “Beneran? Boleh?” Temanku mengangguk. Ah, dia tahu saja kalau aku suka menyumbangkan lagu. Maksudnya, membuat lagu yang awalnya merdu menjadi sumbang. Aku memang suka banget karaokean. Di dalam kamar, di kelas waktu kuliah, sampai di kandang ayam, aku nyanyi. Dan, mendapat kesempatan bernyayi di atas panggung hajatan kampung, serta ditonton banyak orang seperti ini adalah pelampiasan terbaik karena tak pernah lolos audisi menyanyi. Jangankan dinilai, baru masuk ruang audisi saja, juri sudah nyuruh aku keluar lagi, mana pakai manggil satpam segala, “Pak satpam, kok pemulung boleh masuk, sih?” Kembali ke topik ... Setelah mendapat ijin dari yang punya hajat, tanpa pikir dua kali aku langsung ke pemain organ...