Aku sedang mengambil keyboard piano di ruang serba guna ketika mendengar anak-anak kelas satu berseru-seru,
"Ada tengkorak! Ada tengkorak!"
Aku refleks menoleh. Anak-anak itu melihatku sambil tertawa.
"Ada tengkorak! Hahaha ada tengkorak!"
Mulutku berdecak sambil menggelengkan kepala. Anak-anak sekarang kok pada berani ke guru, ya?
"Mbak," aku maju, berniat menegur anak-anak itu. "Mbak gak boleh gitu. Ustadz ngerti kalau badan Ustadz kurus. Tapi kan tetap saja gak boleh ngolokin Ustadz Fitrah kayak tengkorak. Gak sopan."
Anak-anak itu nampak takut. Hingga akhirnya ada salah satu anak berucap,
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgruZrY8Dyf5sOi88v0P9r4CvM8DJdJK4yG9eDljH458i7jZpux8VOULUQllA5VtxqO4T5-FO32ScsIW54xNjBDET0HOH5wU0rWl-7rebOuERlhE9x9ozYpV_-jcBUb0vBOuCxjpj2TB4w/s320/TENGKORAK+ok.jpg)
Aku menoleh. Dan benar saja di sana berdiri replika tengkorak buat praktek mata pelajaran IPA.
Aku langsung malu bukan main. Sambil garuk-garuk kepala dan pasang muka mirip orang abis kecemplung got, aku bilang,
"Eh, Ustadz kira Ustadz yang kayak tengkorak. Emang mirip sih Ustadz kayak tengkorak, ya? Harusnya Ustadz gak perlu marah kan, ya? Aduh, Ustadz ini kurus udah dari lahir. Udah takdir. Atau kutukan? Padahal Ustadz Fitrah maemnya banyak, loh. Beneran. Paling Ustadz cacingan, ya?"
Anak-anak itu menatapku dengan tatapan heran, seolah ingin berkata, "Ustadz ini ngomong apaan?"
Akhirnya mereka kembali ke kelas. Meninggalkanku yang masih belum habis rasa malu.
Baru sadar, harusnya aku tak boleh terlalu baper. Sebab, jadi orang baperan itu gak enak. Ada orang berucap sesuatu, eh akunya yang tersinggung. Padahal ucapan itu bukan ditujukan untukku. Sakit hatinya iya, malunya gak ketulungan. Kayak kejadian barusan ini.
Badan boleh kerempeng, tapi hati tetap harus gembrot.
Aku menatap replika tengkorak, menepuk tengkorak itu sambil berucap gemas,
"Gara-gara kamu, nih! Kenapa sih kamu mirip banget sama aku?!!!"
***
Surabaya, 14 September 2018 Fitrah Ilhami
Comments
Post a Comment