Salah satu bab menarik dalam buku ini berjudul "Sate", itulah makanya kenapa ditempatkan paling pertama di buku,
=====
Kata orang, jangan suka makan daging kambing, jika kau tak ingin punya darah tinggi dan suka marah. Aku tak pernah mempercayai hal tersebut, setidaknya sebelum pengalaman ini menyapaku ...
* * *
Suatu ketika, aku masuk ke salah satu depot makanan dan memesan sate kambing.
“Sate seporsi, Mas.” Aku mengacungkan jari kepada si penjual yang sedang membumbui sate dengan kecap.
“Kambing apa sapi, Bos?” tanya si penjual.
“Kambing aja.”
“Siap!” Si penjual mengancungkan jempol. “Duduk dulu, Bos.”
Aku mengangguk, mencari bangku kosong.
“Woy, kambing satu!” lanjut si penjual meneriaki seorang rekan kerjanya yang sedang mengipasi sate di pembakaran.
Si pengipas sate langsung berseru lantang, “Siiip!”
Kompak sekali kedua pedagang ini, pikirku sembari menyungging senyum.
Setelah beberapa waktu, telinga ini mendengar percakapan kedua penjual sate tersebut ...
“Mana yang kambing?” Si pengipas sate bertanya.
Nampak di tangannya sepiring sate yang sudah matang dan siap diantar ke meja pemesan.
“Itu ...,” yang ditanyai mengarahkan telunjuknya ke tempatku duduk.
Aku menoleh ke belakang, memastikan siapa orang yang disebut ‘kambing’ oleh si penjual. Ada beberapa orang di belakangku. Tapi setelah dicermati lagi telunjuk si pedagang, aku yakin ia sedang menunjukku......
* * *
Bagaimana? Seru bukan? Bagaimana kelanjutan kisahnya, silakan download saja secara gratis DI SINI
Comments
Post a Comment