Skip to main content

DOWNLOAD GRATIS BUKU "CURHAT ORANG CUNGKRING 2"



Salah satu bab menarik dalam buku ini berjudul "Sate", itulah makanya kenapa ditempatkan paling pertama di buku,

=====

Kata orang, jangan suka makan daging kambing, jika kau tak ingin punya darah tinggi dan suka marah. Aku tak pernah mempercayai hal tersebut, setidaknya sebelum pengalaman ini menyapaku ...

* * *

Suatu ketika, aku masuk ke salah satu depot makanan dan memesan sate kambing.

“Sate seporsi, Mas.” Aku mengacungkan jari kepada si penjual yang sedang membumbui sate dengan kecap.

“Kambing apa sapi, Bos?” tanya si penjual.

“Kambing aja.”

“Siap!” Si penjual mengancungkan jempol. “Duduk dulu, Bos.”

Aku mengangguk, mencari bangku kosong.

“Woy, kambing satu!” lanjut si penjual meneriaki seorang rekan kerjanya yang sedang mengipasi sate di pembakaran.

Si pengipas sate langsung berseru lantang, “Siiip!”

Kompak sekali kedua pedagang ini, pikirku sembari menyungging senyum.

Setelah beberapa waktu, telinga ini mendengar percakapan kedua penjual sate tersebut ...

“Mana yang kambing?” Si pengipas sate bertanya.

Nampak di tangannya sepiring sate yang sudah matang dan siap diantar ke meja pemesan.

“Itu ...,” yang ditanyai mengarahkan telunjuknya ke tempatku duduk.

Aku menoleh ke belakang, memastikan siapa orang yang disebut ‘kambing’ oleh si penjual. Ada beberapa orang di belakangku. Tapi setelah dicermati lagi telunjuk si pedagang, aku yakin ia sedang menunjukku......

* * *

Bagaimana? Seru bukan? Bagaimana kelanjutan kisahnya, silakan download saja secara gratis DI SINI

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA

Untuk membaca buku "TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA" di Google Play Book,  silakan klik saja DI SINI Alhamdulillah sudah cetak. Buku Tentang Cinta Tentang Keluarga edisi revisi. InsyaAllah lebih bagus dan manis, sesuai covernya. :) Buku ini ... Mungkin bisa dikatakan sisi lain dari diriku. Sebenarnya aku ini melankolis orangnya. Dulu pernah aku diajari Bapak matematika. Karena sulit banget nangkap pelajaran, Bapak ngamuk. Tanganku gemeteran, terus aku nangis. Itu bukti aku melankolis. #gak_usah_protes. Duh, pinginnya buat testimoni sedih kok malah gini. Kebiasaan. Intinya, aku menulis buku ini karena tertantang untuk keluar dari zona nyaman: nulis humor. Dan coba menulis yang bisa menyentuh hati. Dari sini lah aku berusaha menangkap ide dari manapun. Aku lihat teman yang punya anak kembar, namun salah satunya dititipkan ke eyang di desa karena keterbatasan ekonomi, aku tulis jadi cerpen. Aku lihat murid kena bullying, jadi karya. Mendengar kisah sahab...

NGAYAL

"Ada pesenan buku lagi, Bang?" Sambil nyuapin si kecil makan, istri bertanya padaku. Aku mengangguk sembari tetap membungkus buku pakai kertas kado. "Kirim ke mana?" "Ke Merauke." "Papua?" "Iya, bener." Aku mengangguk lagi. "Wah, berarti buku Abang ini udah dipesan dari Sabang sampai Merauke, ya?" Istri tersenyum. "Hehe... Alhamdulillah. Udah, nih. Tinggal kirim." Aku menimang-nimang paketan berisi delapan judul buku. Lalu, tiba-tiba aku nyeletuk, "Kalau berada di zaman Daulah Umayyah dan Abbasiyah, mungkin kita bisa kaya, Neng." "Kok bisa?" Kening istri berkerut. "Soalnya masa itu adalah masa dimana negara sangat menghargai penulis. Tiap buku akan ditimbang, dicek beratnya, lalu negara akan menukarnya pakai emas seberat buku itu. Makin berat buku, makin banyak emas yang diberikan negara ke penulis. Terus buku tersebut akan jadi milik negara dan diletakkan di perpustakaan Pusat....

Reuni Akbar Mujahid & Mujahidah 212 - 2 Desember 2018