Skip to main content

Baca Cerita Komedi Ini di Ebook Reader Google

Sama seperti hamil anak pertama, waktu hamil anak kedua pun istri jadi sensitif. Bawaannya mau marah melulu. Suatu hari aku mengajaknya jalan-jalan bareng si kecil, naik motor. Ngerasa ban motor kempes, aku berhenti di tempat pengisian angin.

“Pak, isi angin.” Aku berkata ke tukang ban.

Sebentar, sebelum melanjutkan kisah ini, aku pingin kasih tebak-tebakan dulu. Apa bedanya isi angin dengan buang angin? Hayo bisa jawab, gak?

Kalau isi angin itu harus di tukang pompa ban. Tapi kalau buang angin boleh di sembarang tempat. Asal gak ketahuan.

Lucu, kan? Tolong ketawa meskipun tebak-tebakannya garing. Menyenangkan hati orang lain itu berpahala, loh.

Oke lanjut ke topik...

Setelah membayar uang isi angin, aku langsung engkol stater motor dan tancap gas.

Anehnya, selama perjalanan istri merengut aja. Aku sampai bingung, kenapa istriku ini? Apa ada yang salah? Perasaan aku gak buang angin waktu ngisi angin, deh.

Karena gerah didiemin terus, akhirnya aku bertanya apa alasan dia suntuk seperti itu?

“Abang tega banget, ya,” ucapnya membuatku makin mirip orang linglung.

“Tega gimana?”

“Abang sengaja kan, pompa ban motor ketika aku dibonceng di belakang? Niat nyindir kalau aku makin gemuk, badanku makin berat. Iya, kan?”

Aku menepuk jidat. Ya Allah sejauh itu dia mikirnya.

Padahal gak ada sebersit pun niat menyindirnya. Aku ngisi angin ya karena ban motor terasa kempes. Gak ada alasan lain.

Duh, aku harus hati-hati ngomongnya nih, biar istri gak makin kalap, terus nekat ngunyah kabel karena tersinggung.

“Ndak kok, Neng. Tadi itu bannya kerasa ...... Kelanjutan ceritanya bisa Mbak dan Mas nikmati di buku KETIKA DERITAKU JADI BAHAGIAMU.

Untuk menikmati bukunya lebih cepat, klik saja DI SINI

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA

Untuk membaca buku "TENTANG CINTA TENTANG KELUARGA" di Google Play Book,  silakan klik saja DI SINI Alhamdulillah sudah cetak. Buku Tentang Cinta Tentang Keluarga edisi revisi. InsyaAllah lebih bagus dan manis, sesuai covernya. :) Buku ini ... Mungkin bisa dikatakan sisi lain dari diriku. Sebenarnya aku ini melankolis orangnya. Dulu pernah aku diajari Bapak matematika. Karena sulit banget nangkap pelajaran, Bapak ngamuk. Tanganku gemeteran, terus aku nangis. Itu bukti aku melankolis. #gak_usah_protes. Duh, pinginnya buat testimoni sedih kok malah gini. Kebiasaan. Intinya, aku menulis buku ini karena tertantang untuk keluar dari zona nyaman: nulis humor. Dan coba menulis yang bisa menyentuh hati. Dari sini lah aku berusaha menangkap ide dari manapun. Aku lihat teman yang punya anak kembar, namun salah satunya dititipkan ke eyang di desa karena keterbatasan ekonomi, aku tulis jadi cerpen. Aku lihat murid kena bullying, jadi karya. Mendengar kisah sahab...

NGAYAL

"Ada pesenan buku lagi, Bang?" Sambil nyuapin si kecil makan, istri bertanya padaku. Aku mengangguk sembari tetap membungkus buku pakai kertas kado. "Kirim ke mana?" "Ke Merauke." "Papua?" "Iya, bener." Aku mengangguk lagi. "Wah, berarti buku Abang ini udah dipesan dari Sabang sampai Merauke, ya?" Istri tersenyum. "Hehe... Alhamdulillah. Udah, nih. Tinggal kirim." Aku menimang-nimang paketan berisi delapan judul buku. Lalu, tiba-tiba aku nyeletuk, "Kalau berada di zaman Daulah Umayyah dan Abbasiyah, mungkin kita bisa kaya, Neng." "Kok bisa?" Kening istri berkerut. "Soalnya masa itu adalah masa dimana negara sangat menghargai penulis. Tiap buku akan ditimbang, dicek beratnya, lalu negara akan menukarnya pakai emas seberat buku itu. Makin berat buku, makin banyak emas yang diberikan negara ke penulis. Terus buku tersebut akan jadi milik negara dan diletakkan di perpustakaan Pusat....

Reuni Akbar Mujahid & Mujahidah 212 - 2 Desember 2018